[Part 3] Perjalanan menuju timur Jawa
Perjalanan kami dimulai siang hari saat matahari sedang memancarkan sinar terbaiknya, yang membuat keringat mampu mengubah pakaian kami dari kering menjadi lembab. Teriknya matahari, tak lantas membuatku lupa akan labilnya cuaca di bulan desember kala itu.
Desember adalah bulan yang suka mempermainkan emosi seseorang. Contohnya ia bisa membuat orang menjadi terkenang masa lalu karena Hujannya. Tak heran jika Efek Rumah Kaca menggunakan kata "Hujan di bulan Desember" sebagai salah satu lirik dari lagu mereka dengan judul Desember.
Hujan di bulan desember bisa saja membuat perjalanan kami menjadi kacau. Karena hujan, jalanan menjadi licin. Karena hujan, dataran tinggi berkabut. Karena hujan, aku harus membeli jas hujan baru.
Ya, hal itulah yang pertama kulakukan ketika akan meniggalkan Jogja. Membeli jas hujan. Karena tak bisa kita bergi begitu saja tanpa salah satu elemen penting ketika melakukan perjalanan jauh menggunakan motor.
Perkiraan untuk membeli jas hujan akhirnya benar terbukti. Selepas melewati perbatasan Jogja-Magelang, langit yang tadinya bersih tiba-tiba meradang begitu saja. Gelap menyerebak, mengalahkan sinar matahari yang tadinya terang-benerang. Rintik hujan mulai memaksaku untuk menggunakan jas hujan berwarna kuning yang baru beberapa jam saja kumiliki.
Tak sia-sia aku segera membeli jas hujan sebelum berangkat siang itu. Karena sore-hingga malam, hujan selalu menemani perjalanan kami sampai tiba di Semarang.
Di sana kami mampir kesebuah kantor cabang dari Universitas Terbuka untuk sekedar menumpang berstirahat karena paginya kami akan bersiap lagi untuk melanjutkan perjalanan menuju Gersik dilanjut ke Surabaya.
Semua ini tentang persiapan.
@hirataandrea pernah berkata "Penampilan yang sempurna karena persiapan yang matang" dalam bukunya yang berjudul Laskar Pelangi.
Anthony Robbins salah satu penulis dari Amerika pun berkata "Bertemunya persiapan dan kesempatan menbuatkan hasil yang kita sebut keberuntungan".
Comments
Post a Comment